7 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Ekspor Sayuran

ekspor sayur

Tertarik meraup untung dari pasar ekspor sayuran yang bernilai tinggi? Peluangnya memang terbuka lebar, dan permintaan dari berbagai negara terus meningkat. 

Namun, tanpa bekal pengetahuan yang cukup, proses ekspor sayuran justru akan menemui banyak rintangan penuh risiko dan bisa berujung pada kerugian besar.

Sebab itu, mari ketahui hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memulai ekspor sayuran di artikel berikut!

Kenapa Harus Ekspor Sayuran?

Ekspor sayuran sudah menjadi kebutuhan strategis bagi pelaku usaha pertanian yang didorong oleh meningkatnya permintaan global dan keunggulan kualitas produk pertanian Indonesia. 

Pasar sayuran dunia diproyeksikan tumbuh pesat, dengan nilai pasar sayuran segar diperkirakan mencapai US$1,13 triliun pada 2029. Sementara pasar sayuran keseluruhan diprediksi tumbuh 6,65% dengan nilai US$1,49 triliun pada periode sama.

Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat global terhadap gaya hidup sehat dan tingginya permintaan produk organik. 

Di negara maju, permintaan masyarakat terhadap sayuran organik begitu tinggi hingga supermarket kewalahan memenuhi kebutuhan pasar.

Di sisi lain, Indonesia unggul berkat iklim tropis dan tanah subur yang mendukung produksi pertanian sepanjang tahun. 

Walaupun pada 2020 Indonesia baru menempati peringkat ke-52 dunia untuk ekspor sayuran, potensi pertumbuhannya sangat besar. 

Terbukti dari lonjakan ekspor sayuran sebesar 90% hingga mencapai nilai Rp219 miliar, yang menegaskan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

Perhatikan 7 Hal Ini Sebelum Ekspor Sayuran!

1. Pemilihan Jenis Sayuran

Beberapa sayuran yang sangat diminati di pasar global, di antaranya bawang merah, tomat, kentang, dan kubis. Menurut data Kementerian Pertanian, sayuran hijau dan umbi-umbian bahkan mendominasi hingga 60% pasar ekspor dunia. 

Jenis lain seperti kubis dan sawi juga sangat potensial. Indonesia tercatat telah mengirim setidaknya 40.240 ton dari 77 jenis sayuran ke negara-negara seperti Taiwan, Malaysia, dan Singapura.

Namun, tingginya permintaan harus diimbangi dengan daya tahan sayuran selama proses pengiriman yang panjang. 

Setiap sayuran memiliki masa simpan berbeda. Contohnya, sayuran berdaun hijau hanya bertahan sekitar 3-5 hari, sementara sayuran umbi seperti kentang dan wortel mampu bertahan hingga 3 minggu. 

Karena itu, selain pemilihan jenis sayuran, untuk ekspor jarak jauh, sangat penting untuk memprioritaskan sayuran tahan lama dan kemasan yang kuat.

Baca Juga: 5 Sayuran yang Bisa Diekspor dengan Nilai Tertinggi

2. Tentukan Target Negara Ekspor

Pilih target negara yang paling menguntungkan bagi bisnis dengan mempertimbangkan tingkat permintaan produk, tingkat persaingan pasar, dan faktor ekonomi, sosial, budaya.

Secara umum, kelima negara terbesar yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Malaysia.

Bagi pemula yang baru terjun ke bisnis ekspor, negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand menjadi pilihan mudah karena jarak dekat, proses pengiriman cepat, dan regulasi yang relatif lebih sederhana.

3. Pelajari Hukum & Regulasi Ekspor

Setiap negara memiliki aturan impor yang berbeda untuk melindungi pertanian dan konsumennya. 

Sebelum memulai, pelajari regulasi di negara tujuan, terutama berkaitan dengan batas residu pestisida, standar keamanan pangan, dan persyaratan karantina. 

Anda wajib memiliki Sertifikat Fitosanitari dari Badan Karantina Pertanian Indonesia yang menyatakan bahwa sayuran Anda bebas dari hama dan penyakit. 

Baca Juga: Rekomendasi Kotak Ekspor Jahe Emprit

4. Pelajari Dokumen yang Dibutuhkan

Proses ekspor melibatkan banyak dokumen penting yang harus disiapkan dengan teliti. Sebab, apabila ada kesalahan kecil dalam pengisian dokumen, produk akan mengalami keterlambatan pengiriman dan biaya tambahan.

Beberapa dokumen utama yang wajib ada di antaranya Commercial Invoice, Packing List, Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill (AWB), Sertifikat Asal (Certificate of Origin), dan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

5. Penuhi Standar Kualitas Ekspor Sayur

Perlu diketahui, kualitas sayuran untuk pasar ekspor jauh lebih tinggi daripada pasar lokal. Pembeli internasional menuntut produk segar, bersih, seragam dalam ukuran dan warna, serta bebas dari cacat seperti memar atau lubang. 

Nah, untuk menjamin kualitas, coba terapkan Good Agricultural Practices (GAP) dalam proses budidaya. Standar ini memastikan produk aman dikonsumsi dan memenuhi kriteria yang diterima.

6. Gunakan Packaging Khusus

Kemasan adalah pelindung utama yang menjaga kesegaran sayuran selama perjalanan. Sebab itu, gunakan kemasan yang kuat, memiliki ventilasi udara baik, dan mampu menjaga suhu tetap stabil. 

Jangan lupa untuk menyertakan label yang jelas berisi informasi produk, negara asal, berat bersih, dan instruksi penanganannya, ya.

Baca Juga: Corrugated Box Supplier ALVAboard, Siap Kirim untuk Kebutuhan Ekspor Impor

7. Pilih Jasa Logistik yang Terpercaya

Selain kemasan, untuk menjaga produk tetap aman sampai tujuan, pilih perusahaan berpengalaman dalam menangani produk segar dan memahami pentingnya cold chain, yakni menjaga suhu produk tetap stabil dari gudang hingga tiba di tangan pembeli. 

Jasa logistik yang andal akan membantu mengurus pengiriman, bea cukai, dan memastikan sayuran Anda tiba tepat waktu dalam kondisi terbaik.

ALVAboard: Solusi Packaging untuk Ekspor Sayuran

Jaga kualitas produk sayur Anda tetap segar sampai tujuan dengan box PP ALVAboard! 

Menggunakan material polypropylene (PP) premium, box ALVAboard lebih unggul dalam menjaga kesegaran dan kualitas sayuran selama proses pengiriman.

✅ Mampu menjaga suhu stabil dari -20°C hingga 130°C hingga ±7 jam.

✅ Tidak mudah lembab dan tahan air

✅ Ringan, tetapi tetap kuat & tahan benturan

✅ Higienis dan mudah dibersihkan

✅ Dapat digunakan berulang kali

Segera hubungi kami untuk konsultasi GRATIS dan pemesanan custom sesuai kebutuhan ekspor Anda!

Share the Post:

Related Posts